Dalam subnetting, network terbagi
dalam beberapa subnetwork yang masing-masing memiliki alamat tersendiri.
IP address memiliki kapasitas 32 bit. Alamat network disebut netid
dan alamat host disebut hostid.
Note : Ip address didesain dengan menggunakan hirarki dengan dua level
Dalam beberapa kasus, hirarki
degan dua level tidaklah cukup. Sebagai
contoh pada sebuah pengorganisasian network dengan menggunakan alamat
network 141.14.0.0 yang merupakan sebuah
blok class B.
Organisasi
ini memiliki bentuk pengalamatan hirarki dengan dua level tetapi seperti yang tampak pada gambar 5.1. model pengorganisasian ini tidak bisa memiliki lebih dari satu
phisical network. Ini berarti terdapat suatu hirarki lain dalam pengalamatan IP.
Untuk mengetahui sebuah host pada
internet, pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu alamat pertama dari
network biasa disebut netid yang digunakan. Setelah itu barulah alamat host
atau hostid sebagai alamat kedua yang
digunakan dapat diketahui.
Dengan kata lain alamat IP
didesain menggunakan hirarki dengan dua level.

Dari
skema ini organisasi dibatasi pada dua
level hirarki. Host tidak bisa dibagi dalam group. Semua host memiliki level
yang sama. Organisasi hanya memiliki sebuah jaringan ( network ) dengan banyak host.
Pada
gambar 5.2 merupakan solusi dari masalah subnetting dimana network dibagi
kedalam beberapa jaringan yang lebih kecil yang disebut subnetwork atau subnet.

Pada contoh ini, the rest of internet tidak mengetahui bahwa secara fisik
internet terbagi atas
beberapa subnetwork. Hal ini disebabkan karena subnetwork tersebut
tampak oleh the rest of internet sebagai
network tunggal. Sebuah paket disediakan
untuk host 141.14.192.2 yang akan
selalu menjangkau router R1. Kemudian,
saat datagram tiba ke router R1, interpretasi terhadap alamat IP berubah.
Router R1 mengetahui bahwa network 141.14
secara fisik dibagi menjadi beberapa subnetwork. Ini menunjukkan bahwa paket harus disampaikan ke subnetwork (subnet)
141.14.192.0.
Three Level of Hirarki
Penambahan subnetwork menciptakan
sebuah hirarki dengan level lanjut dalam
sistem pengalamatan IP. Sekarang kita membahas
pengalamatan dengan 3 level
yaitu site, subnet, dan host.
Dimana site sebagai level
pertama, subnet sebagai level kedua dan host yang merupakan level ketiga yang
berarti koneksi dari host ke subnetwork. Lihat gambar 5.3.

Routing dari sebuah Datagram IP
saat ini meliputi tiga langkah yaitu : pengiriman ke site, pengiriman ke
subnetwork dan pengiriman ke host.
Ini beranalogi
pada nomor telepon 10 digit versi USA.
Seperti yan tampak pada gambar 5.4 , sebuah nomor telepon terbagi atas
tiga level yaitu kode area, nomor exchange, dan nomor koneksi.
![]() |
|||
![]() |
Subnet Mask
Subnet Mask adalah angka
biner 32 bit yang digunakan untuk :
-
Membedakan network ID dan Host ID
-
Menunjukkan letak suatu host, apakah berada di
jaringan lokal atau jaringan luar
Pada subnet mask, seluruh bit yang berhubungan dengan network ID di set 1 dan bit yang berhubungan
dengan host ID diset 0. contoh pada IP address class A sedcara default
memiliki subnet address mask 255.0.0.0 yang menunjukkan batas antara network ID dan host ID address class A.
Gambar 5.5 menunjukkan keadaan
dari dua model network yang sebelumnya dimana Subnet mask memberntuk alamat
subnetwork
Gambar 5.5 Default mask dan subnet mask
![]() |
Contigous Vs Noncontigous Subnet Mask
Dewasa ini, kemungkinan sebuah
noncontigous subnet mask sudah digunakan.
Yaitu kumpulan dari beberapa bit yang bukan merupakan string 1 diikuti
oleh sebuah string 0, tetapi merupakan perpaduan dari keduanya
yakni 0 dan 1. sekarang bagaimanapun juga
hanya contigous mask (menggunakan 1 dan diikuti dengan 0) yang
digunakan.
Mencari
subnet Address
Pada sebuah IP Address, untuk
menelusuri subnet Addressnya dapat dilakukan dengan cara mencari alamat
networknya. Kita bisa mengaplikasikan mask pada alamat yang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan cara straight atau short-cut.
Straight method
menggunakan notasi biner pada alamat
maupun masknya kemudian mengaplikasikan operasi AND untuk menemukan
subnet addressnya.
Contoh 1:
Berapakah subnetwork address jika
memiliki alamat 200.45.34.56 dan subnet mask nya adalah 255.255.240.0?
Pemecahan :
Diketahui address nya adalah 200.45.34.56 dan subnet mask nya adalah
255.255.240.0
Maka
aplikasikan operasi AND pada address dan subnet mask.
Address 11001000 00101101
00100010 00111000
Subnet
Mask 11111111 11111111
11110000 00000000
Subnetwork
address 11001000 00101101
00100000 00000000
Jadi
Subnetwork address adalah 200.45.32.0
Short-Cut Method digunakan
untuk menemukan address dengan menggunakan default mask. Ada
3 aturan yang digunakan pada metode ini yaitu:
1.
Jika byte dalam mask adalah 255 maka copy byte dalam
address
2.
Jika byte dalam mask adalah 0 maka pindahkan byte
dalam alamat dengan 0.
3.
Jika byte dalam mask bukan 255 atau bukan 0 maka
tulis mask dan address dalam binary dan gunakan operasi AND untuk mencari atau
mendapatkan hasilnya.
Contoh 2:
Berapa address subnetwork jika address awal adalah 19.30.80.5 dan mask
adalah 255.255.192.07?
Pemecahan :
Diketahui address nya adalah 19.30.80.5 dan subnet mask nya adalah
255.255.192.0.
Maka seperti yang tampak pada
gambar 5.6 dimana byte pertama, kedua
dan keempat mudah ditemukan. Untuk byte yang ketiga kita menggunakan
operasi bit-wise AND pada 84 and 192.
|

Default Mask dan Subnet Mask
Angka
1 dalam default mask merupakan suatu ketetapan (8, 16 atau 24). Dalam subnet
mask, angka 1 lebih dari sekedar nilai
satu yang dikenal dalam korespondensi
default mask. Dengan kata lain untuk subnet mask, penggantian beberapa nilai 0 sebelah kiri dalam default mask
menjadi 1 untuk membuat sebuah subnet mask.
Gambar 5.7 menunjukkan perbedaan antara kelas A dan kelas B pada default
mask dan pada sebuah subnet mask untuk
blok yang sama.
Gambar 5.7 Perbandingan
antara default mask dengan subnet mask

Jumlah Subnetworks
Jumlah dari subnetworks dapat
diketahui dengan melakukan penambahan angka 1 pada default mask untuk membuat
subnet mask. Sebagai contoh dapat
dilihat pada gambar 5.7 dimana angka yang ditambahkan adalah 3. hal ini menunjukkan
bahwa jumlah dari subnet adalah 23 atau
8.
Jumlah alamat per
Subnet
Jumlah alamat per subnetwork
dapat diketahui dengan menghitung jumah digit 0 pada subnet mask. Sebagai contoh pada gambar 5.7 dimana jumlah 0 adalah
13. maka dari itu kemungkinan jumlah alamat
pada masing-masing subnet adalah
213 = 8192.
Pengalamatan
Spesial dalam Subnetting
Dengan subnetting, dua alamat
pada masing-masing subnet ditambahkan pada daftar alamat spesial atau special
address. Alamat pertama masing-masing subnet dengan hostid 0 adalah subnetwork
address. Alamat akhir dimana semua subnet memiliki hostid 1 disediakan untuk
broadcast. Beberapa alamat pada umumnya disediakan seperti special address
tapi dengan munculnya alamat yang tanpa pengkelasan seperti yang kita lihat maka
hal ini mutlak terjadi.
Mendesain
Subnet
Untuk lebih memahami subnetting,
baiknya terlebih dahulu melihat bagaimana mendesain network subnet yang bersangkutan. Dalam hal ini memuat
beberapa langkah, yaitu:
1. Menentukan
jumlah dari subnet
Langkah pertama dalam
mendesain adalah menentukan jumlah dari
subnet yang diperlukan oleh sebuah organisasi. Hal ini bergantung kepada beberapa faktor antara lain
lokasi fisik dati site (jumlah dari gedung atau berapa tingkat ketinggian dari
sebuah gedung), jumlah bagian atau departemen, jumlah host yang diinginkan
untiuk masing-masing subnet dan lain-lain. Agar bisa mendapatkan operasi mask
yang tepat maka perlu direkomdasikan dengan sungguh-sungguh jumlah dari
subnetwork yang merupakan
perpangkatan dari 2. (0, 2, 4, 8. 16,
32, dll). Catatan, bahwa 0 berarti tidak memiliki subnetting.
Jumlah dari subnet haruslah
merupakan perpangkatan dari dua
2. Mencari Subnet Mask
Langkah kedua adalah menentukan
subnet mask yang berdekatan atau contigous mask. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menemukan subnet mask dengan lebih mudah yaitu :
1.
Menentukan
terlebih dahulu jumlah 1 pada
default mask
2.
Menentukan jumlah 1 yang didefinisikan sebagai subnet
3.
Tambahkan jumlah 1 pada langkah 1 dan 2
4. Cari
jumlah 0 dengan mengurangkan angka 1 pada langkah 1 dari 32.
3. Menentukan
range alamat pada tiap subnet
Setelah menentukan subnet mask,
network administator kemudian dapat
mengetahui berapa jangkauan
masing-masing alamat pada tiap subnet. Dua metode yang dapat digunakan
adalah dengan mengetahui terlebih dahulu alamat awal dan akhir dari tiap
subnet.
Metode pertama,
dimulai dengan subnet pertama. Alamat pertama pada subnet yang pertama adalah alamat pertama pada blok. Setelah itu tambahkan jumlah alamat pada
masing-masing subnet untuk mengetahui alamat
terakhir. (Kita juga bisa menggunakan operasi OR dan NOT untuk melakukan
ini tapi kita akan membahasnya pada soal latihan). Kemudian tambahkan 1 ke
alamat ini untuk mengetahui alamat pertama dalam subnet berikutnya.
Ulangi terus process ini pada subner yang sama hingg adiketahui jangkauan anta
alamat pada subnet tersebut.
Contoh 3:
Pada sebuah perusahaan diberikan sebuat
site address 201.70.64.0 (class C). Perusahaan memerlukan 6 subnet.
Desain subnetnya!
Pemecahan
:
1. Diketahui jumlah 1 dalam default mask adalah
24 (kelas C)
2.
Perusahaan
memerlukan 6 subnet. 6 bukan merupakan perpangkatan dari 2 jadi dicari jumlah
yang lebih besar dan paling dekat dari 6 yaitu 8 yang merupakan perpangkatan
dari 2 yaitu 23. Maka
diperlukan 3 buah 1 dalam subnet mask.
3.
Total jumlah dari 1 pada mask adalah 27 yakni 24 +
3.
4. Total jumla dari
0 adalah 5 yang diperoleh dari 32 – 27.
5. Maka Masknya adalah :
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 atau 255.255.255.224
6. Jumlah
subnet adalah 8.
7. Dalam
masing-masing subnet memiliki jumlah subnet sebanyak 25 dimana angka 5
diperoleh dari jumlah 0 yang tersisa atau dalam desimal berjumlah 32.
8. Setelah mengetahui jangkauan dari semua alamat dengan menggunakan mtode
pertama maka selanjutnya tinjau subnet
yang pertama.
a.
address yang pertama dalam subnet ini adalah
201.70.64.0 (address pertama dalam blok).
b.
Alamat terakhir dalam subnet diperoleh dengan menambahkan 31 ke alamat ini. (jumlah alamat pada masing-masing subnet
adalah 32 tapi kita tambahkan hanya 31) alamat terakhir adalah 201.70.64.31.
9. Seperti pada subnet pertama, untuk mencari
range address subnet kedua juga
menggunakan cara yang sama, yaitu :
- Address
atau alamat pertama pada subnet ini
adalah 201.70.64.32 (satu setelah alamat terakhir pada subnet pertama)
- Alamat
terakhir dalam subnet ditentukan dengan menambahkan 31 ke alamat pertama
hingga menjadi 201.70.64.63.
10. Range dari alamat-alamat pada subnet yang
tersisa dapat dicari dengan menggunakan cara yang sama. Adapun prosedurnya
seperti yang tampak pada gambar 5.8 yang mana dapat lebih mudah diprogram.
![]() |
|||
![]() |
Contoh 4 :
Pada sebuah perusahaan diberikan sebuat site address 181.56.0.0 (class
B). Perusahaan memerlukan 1000 subnet. Desain subnetnya!
Pemecahan
:
1.
Jumlah 1 pada default mask adalah 16 (class B).
2.
Perusahaan memerlukan 1000 subnets. Jumlah ini bukan
merupakan perpangkatan dari 2 maka dicari angka tertinggi dan terdekat dari
1000 yang merupakan perpangkatan dari 2 yaitu 210 atau 1024. Dibutuhkan 10 buah 1 sebagai kekurangan dalam
subnet mask.
3.
Total jumlah dari angka 1 dalam subnet mask adalah
26 yang diperoleh dari 16 + 10.
4. Total
jumlah dari 0 adalah 6 yang diperoleh dari 32 – 26
5.
Mask nya
adalah seperti yang tampak berikut ini :
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 11000000 atau
255.255.255.192
6.
Jumlah dari subnet adalah 1024.
7.
Jumlah alamat pada masing-masing subnet adalah 26 (6
merupakan jumlah dari 0) atau 64
8.
Mancari range atau batasan dengan menggunakan metode
kedua yang dimulai dari subnet yang ke 1024
yaitu:
a.
Alamat terakhir subnet ini adalah 181.56.255.255
(alamat terakhir dalam blok).
b. Alamat pertama
dalam subnet didapatkan dengan mengaplikasikan subnet mask ke alamat address. Adapun
181.56.255.192 merupakan alamat pertama.
9.
Mencari range
alamat pada subnet yang ke 1023 dengan cara :
- Alamat terakhir dari subnet ini adalah
181.56.255.191 (satu sebelum alamat pertama dalam subnet terakhir).
- Alamat pertama dalam subnnet dicari dengancara
terapkan subnet mask pada alamat terakhir. Adapun 181.565.255.128 merupakan alamat pertama.
10. Mencari range
alamat dari subnet 1022 dengan cara :
a.
Alamat terakhir dalam subnet ini adalah
181.56.255.127 (satu sebelum alamat pertama dalam subnet akhir)
b.
Alamat pertama dalam subnet ini dicari dengan
terapkan subnet mask kedalam alamat terakhir dengan demikian maka 181.56.255.64
merupakan alamat pertama.
11. Melanjutkan
terus hingga seluruh subnet dikerjakan. Dengan demikian masalah akan mudah
diselesaikan dengan menggunanan bahasa computer
modern. Gambar 5.9 menunjukkan subnet dan rangenya.

Variable
Length Subnet Mask (VLSM)
Internet
memperkenankan sebuah situs untuk menggunakan subneting dengan variabel length.
Pertimbangan bila hal ini dibutuhkan, dengan syarat situs yang diperbolehkan
harus berada pada class C dan memiliki 5 buah subnet dengan jumlah host : 60,
60, 60, 30, 30. Penggunaan subnet mask yang mempunyai 2 bit dalam subnetnya
tidak diperkenankan karena hanya memiliki empat subnetwork dengan 64 alamat
pada masing-masing subnetnya. Selain itu penggunaan subnet mask dengan 3 bit
juga tidak diperkenankan. Hal ini dikarenakan subnet mask dengan 3 bit memiliki
8 subnetwork dengan jumlah 32 alamat
pada masing-masing
subnetnya.
Salah
satu cara menyelesaikan problem pengalamatan site adalah dengan teknik
subnetting menggunakan variabel length.
Dalam konfigurasi ini, router menggunakan dua mask yang berbeda
pengaplikasiannaya satu persatu. Pertama gunakan pada mask dengan jumlah 1
sebanyak 26 buah yaitu 11111111 11111111 11111111 11000000 atau 255.255.255.192
lalu bagi menjadi 4 subnet dalam sebuah jaringan. Setelah itu aplikasikan mask
dengan 27 buah 1 yaitu 11111111 11111111 11111111 11100000 atau 255.255.255.224
pada sebuah subnetnya yang kemudian dibagi lagi
menjadi dua buah subsubnet. Untuk selengkapnya perhatikan gambar 5.10
5.2 Supernetting
Bila
alamat class A dan B tidak mencukupi,
alamat class C masih tersedia. Walau
ukuran blok class C dengan jumlah maximum 256 alamat kemungkinan belum
mencukupi kebutuhan sebuah organisasi. Sebuah organisasi berukuran kecil bisa
saja memerlukan lebih banyak alamat.
Satu
hal yang bisa dilakukan dengan kebutuhan alamat yang banyak adalah
supernetting. Dalam superneting, sebuah organisasi dapat mengkombinasikan
beberapa blok classs C untuk membuat range alamat yang lebih besar. Dengan kata
lain, beberapa network dikombinasikan hingga tercipta sebuah supernetwork.
Dengan cara ini, sebuah organisasi bisa mengaplikasikan satu set blok class
C. Contohnya pada sebuah organisasi yang
memerlukan 1000 alamat dengan 4 blok kelas C. Organisasi ini kemudian
dapat menggunakan beberapa alamat dalam
satu supernetwork seperti yang tampak
pada gambar 5.11

Assigning
Address (Penetapan Alamat)
Ketika sebuah
set dari blok class C untuk sebuah organisasi ditetapkan, maka akan diperhadapkan pada dua pilihan.
Pilihan pertama
yaitu memilih blok secara acak atau random dan yang kedua berbasis pada
beberapa aturan.
Jika memilih
blok secara random atau acak, maka router berada diluar organisasi akan
memperhatikan tiap-tiap blok satu persatu. Dalam hal ini router
tersebut akan menganggap bahwa masing-masing blok merupakan bagian dari site
yang berbeda. Dengan cara ini maka tiap router akan memiliki sejumlah N masukan
dalam masing-masing routing table secara besar-besaran. Bayangkan saja sebuah
organisasi yang diberikan 100 blok class C. Masing-masing router harus memiliki 100 anggota dalam
routing table walaupun semua yang berada dalam alamat ini merupakan bagian dari
satu organisasi, bukan 100 organisasi.
Cara lain
adalah dengan membuat sebuah superblok diluar blok. Jadi masing-masing router
memiliki hanya satu anggota dalam
routing table. Untuk melakukan hal ini maka perlu
mengikuti beberapa peraturan ketika mendesain blok ini, yaitu:
1.
Jumlah dari blok harus perpangkatan dari 2 (1, 2, 4,
8, 16,…)
2.
Semua blok harus saling berdekatan dalam alamat(
tidak ada batas yang memisahkan antara
tiap-tiap blok).
3.
Byte ketiga dalam alamat yang pertama dalam
superblok haruslah senantiasa bisa
dibagi kedalam beberapa jumlah blok. Dengan kata lain, jika jumlah blok adalah
N maka byte yang ketiga haruslah bisa
dibagi dengan N.
Contoh 5 :
Sebuah perusahaan memerlukan 600 alamat. Set blok class C yang manakah
yang dapat digunakan agar dapat membuat sebuah supernet pada perusahaan
tersebut?
a.
198.47.32.0 198.47.33.0 198.47.34.0
b.
198.47.32.0 198.47.42.0 198.47.52.0 198.47.62.0
c.
198.47.31.0 198.47.32.0 198.47.33.0 198.47.52.0
d.
198.47.32.0 198.47.33.0 198.47.34.0 198.47.35.0
Pemecahan
:
a.
Tidak bisa diterima karena hanya memiliki 3 blok.
Dalam hal ini dibutuhkan sedikitnya empat blok untuk membuat blok yang
merupakan perpangkatan dari 2.
b.
Tidak diterima kaena bloknya tidak saling
berdekatan.
c.
Tidak diterima karena 31 tidak bisa dibagi dengan 4
merupakan merupakan blok pertama .
d. Diterima karena
semua ketiga bagiannua memenuhi syarat. Perusahaan diberikan beberapa alamat
yang dibutuhkannya. Tidak ada
pilihan lagi selain cara ini.
Supernet
Mask
Ketika sebuah
organisasi bisa menerima satu blok address (class A, B atau C), maka alamat
pertama dalam blok dan Mask mendefinisikan
blok (batasan alamat). Kemudian perhatikan batasan alamat yang dimulai
dari mask harus senantiasa diketahui (default mask).
Saat sebuah
organisasi membagi bloknya kedalam beberapa subnet, alamat pertama dari subblok
dan subnet mask sebaiknya mendefinisikan
subblok (batasan dari alamat). Dalam hal ini karena alamat pertama tidak dapat
mendefinisikan rangenya, maka subnet mask harus tetap ada.
Dengan kata
lain, ketika sebuah organissasi
mengkombinasikan beberapa blok menjadi sebuah superblok, maka perlu diketahui
alamat pertama dalam blok dan supernet mask. Dalam hal ini
alamat pertama tidak bisa mendefinisikan
sendiri batasannya. Diperlukan sebuah
supernet mask untuk mengetahui berapa banyak blok yang bisa
dikombinasikan pada sebuah superblok.
Dalam
subnetting, diperlukan alamat pertama dari subnet dan subnet mask untuk
mendefinisikan batasan alamat.
Dalam
supernetting, diperlukan alamat pertama dari supernet dan supernet mask untuk
mendefinisikan batasan dari alamat.
Sebuah supernet
mask menyediakan sebuah subnet mask.
Sebuah subnet mask memiliki jumlah angka 1 lebih banyak dari pada default mask
untuk class C. Sebuah supernet mask untuk kelas C memiliki jumlah angka 1 yang lebih sedikit dibandingkan default mask.
Gambar 5.12 menunjukkkan perbedaan antara
sebuah subnet mask dengan sebuah supernet mask. Sebuah subnet mask
membagi sebuah blok menjadi 8 buah subblok yang memiliki kelebihan jumlah angka
1 sebanyak 3 buah (23 = 8) dibanding default mask. Supernet mask mengkombinasikan delapan blok kedalam
satu buah superblok kekurangan 3 buah anka 1 dibanding default mask.

Contoh 6 :
Dibutuhkan lebih kurang 16 blok class C untuk
membuat supernetwork. Berapakah Supernet Masknya?
Pemecahan :
Dibutuhkan 16
blok. Untuk ke 16 blok tersebut perlu adanya perubahan empat buah angka 1
menjadi 0 dalam default mask. Maka dengan demikian diperoleh default masknya:
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Atau 255.255.255.240.0
Penggunaan
Supernet Mask untuk menemukan alamat pertama.
Supernet mask
dapat digunakan oleh router untuk menentukan alamat pertama dalam superblok
untuk mengidentifikasi site (organisasi). Sebuah subnet memuat fungsi yan sama.
Saat sebuah alamat diberikan maka subnet mask akan mencari alamat pertama dalam
supernet.
Contoh 7 :
Sebuah supernet
memiliki alamat pertama yaitu 205.16.32.0 dan sebuah supernet mask
255.255.248.0. sebuah router menerima tiga paket dengan mengikut sertakan
alamat asalnya :
a.
205.16.37.44
b.
205.16.42.56
c.
205.17.33.76
Paket yang manakah yang merupakan bagian dari supernet?
Pemecahan :
Aplikasikan
supernet mask untuk melihat apakah alamat pertama bisa ditemukan
a.
205.16.37.44 AND 255.255.248.0
205.16.32.0 (alamat pertama)
b.
205.16.42.56 AND 255.255.248.0
205.16.40.0(bukan alamat pertama)
c.
205.17.33.76
AND 255.255.248.0 205.17.32.0 (bukan alamat pertama)
Ini berarti alamat yang merupakan bagian dari organisasi adalah alamat
yang pertama (a). Kita dapat membuktikan hal ini pada section yang
selanjutnya saat kita mambahas penggunaan dari supernet mask.
Penggunaan Supernet Mask untuk menentukan batasan (range)
alamat.
Seperti yang
telah diketahui bersama bahwa alamat pertama dalam superblok berpasangan dengan
supernet mask memnentukan superblok (batasan alamat). Perbandingan
antara supernet mask dan default mask akan memberikan jumlah dari blok. Telah diketahui bahwa default mask memiliki
jumlah angka 1 sebanyak 24 buah. Kurangkan jumlah angka 1 dalam supernet mask
dengan 24 buah angka 1 dalam default
mask maka akan diperoleh jumlah blok.
Contoh 8 :
Sebuah supernet
mempunyai alamat pertama 205.16.32.0 dan supernet mask 255.255.248.0. Ada
berapa banyak blok dalam supernet ini dan berapa range dari setiap alamat?
Pemecahan :
Supernet :
11111111 11111111 11110000 00000000
Default mask :
11111111 11111111 11111111 00000000
Selisih :
3
Maka jumlah blok : 23 atau 8 blok
Dari 205.16.32.0 sampai
205.16.39.0.
Alamat pertama adalah 205.16.32.0.
Alamat terakhir adalah 205.16.39.255.
Total jumlah alamat adalah 8 x 255
atau 2048 buah.
5.3 Pengalamatan Tanpa Class
Ide
pengalamatan muncul karena banyaknya masalah dalam pengalamatan. Hingga
pertengahan tahun 1990, batas alamat memuat sebuah blok alamat dalam kelas A, B
atau C. Jumlah minimum alamat yang diterima untuk sebuah
organisasi adalah 256 (class C) dan jumlah maksimum adalah 16,777,216 (class
A). Diantara kedua batasan tersebut sebuah organisasi bisa memiliki sebuah blok
class B dan beberapa blok kelas C. Walau demikian pilihan yang ada masih sangat
terbatas. Pada kenyataannya bagaimana dengan sebuah bisnis kecil yang hanya
memerlukan 16 alamat? Atau yang hanya memerlukan dua alamat?
Sejak tahun 1990, Internet Service Provider (ISP)
muncul ke permukaan. Sebuah ISP
merupakan sebuah organisasi yang
menyediakan pelayanan access internet untuk kepentingan per individu, bisnis
kecil dan organisasi menengah yang tidak memerlukan membuat situs internet dan
juga menjadi bagian dalam internet service (seperti pelayanan internet utuk karyawan mereka.
Sebuah ISP dapat menyediakan pelayanan macam ini.
Sebuah ISP bisa diberi berapa blok class B atau class C dan membagi ruang
alamat menjadi beberapa group alamat 2, 4, 8, dan 16, dan memberi batas untuk
keperluan rumah tangga dan bisnis kecil.
Pelanggan dihubungkan dengan via dial up mengunakan modem, DSL, atau cabel modem ke ISP. Walau
demikian tiap-tiap pelanggan memerlukan IP address.
Untuk memfasilitasi evolusi ini maka ditahun 1996 pemilik autoritas
internet mengumumkan arsitektur baru yan disebut pengalamatan class yang mana
akan membuat pengalamatan Tanpa Class yang akhirnya membuat pengalamatan class
menjadi absolut.
Blok dengan Variabel Length
Seluruh ide dari pengalamatan tanpa class menggunakan blok dengan
variabel length. Dimana jumlah blok alamat adalah 2 alamat, 4 alamat, 128 alamat dan seterusnya. Ada banyak
perkecualian yang akan dibahas secara ringkas, namun secara umum sebuah blok
memiliki batasan dari ukuran yang sangat kecil hingga ke ukuran yang sangat
besar.
Dalam arsitektur ini, seluruh tempat dari alamat yaitu sebanyak 232
alamat dibagi kedalam beberapa blok dengan ukuran yang berbeda. Sebuah
organisasi akan diberikan sebuah blok yang cocok untuk keperluannya. Gambar
5.13 memperlihatkan arsitektur dari pengalamatan class. Bandingkan dengan
gambar 4.2 dalam chapter 4.

Jumlah
Alamat Dalam Sebuah Blok
Ada satu kondisi pada jumlah
alamat dalam sebuah blok yaitu harus merupakan perpangkatan dari 2 (2, 4, 8,
…). Rumah tangga mungkin diberi 2 alamat. Bisnis kecil diberi 16 alamat dan
perusahaan besar diberi 1024 alamat
Memulai
Alamat
Untuk memulai alamat, haruslah
bisa dibagi oleh jumlah alamat tersebut. Contoh jika sebuah blok berisi 4
alamat maka alamat partema haruslah bisa dibagi 4. jika blok memiliki kurang
dari 256 alamat, maka hanya perlu mencek kembali byte sebelah kanan. Jika
jumlahnya kurang dari 65,536 alamat,
maka perlu mencek lagi dua alamat awal dari byte. Dan seterusnya.
Contoh 9 :
Yang manakah yang merupakan
alamat pertama dari sebuah blok yang berisi 16 alamat?..
a.
205.16.37.32
b.
190.16.42.44
c.
17.17.33.80
d. 12345.24.52
Pemecahan :
Hanya dua yang memungkinkan yaitu
a dan c. alamat 205.16.37.32 memenuhi syarat karena 32 bisa dibagi dengan 16.
Alamat 17.17.33.80 juga memenuhi syarat
karena 80 habis dibagi 16.
Contoh 10 :
Yang manakah yang dapat menjadi
alamat awal dari blok yang berisi 1024 alamat?
a.
205.16.37.32
b.
190.16.42.0
c.
17.17.32.0
d. 123.45.24.52
Pemecahan :
Hanya satu jawaban yang memenuhi
syarat yaitu c. untuk mencari jawaban maka harus dicari yang bisa dibagi dengan
4. byte yang paling kanan dari alamat adalah 0 dan byte kedua paling kanan juga
harus bisa dibagi dengan 4 (buktikan sendiri_. Hanya alamat 17.17.32.0 yang
bisa memenuhi untuk kondsi seperti ini.
Mask
Jika mengingat kembali pelajaran
yang lalu, saat sebuah organisasi diberikan sebuah blok dalam pengalamatan class maka organisasi tersebut
harus diberi alamat dari blok dan sebuah mask (default mask). Dalam subnetting,
ketika sebuah organisasi dicatat sebagai sebuah subblok, maka itu berarti
organisasi tersebut diberi alamat awal dan subnet mask. Dalam supernetting,
saat sebuah organisasi diberi beberapa alamat class C, maka itu berarti
organisasi itu diberi alamat awal dan sebuah supernet mask.
Dengan
menggunakan konsep yang sama dalam menangani pengalamatan class. Ketika sebuah
organisasi diberi sebuah blok, maka organissasi tersebut diberi alamat awal dan
mask. Ini adalah dua hal merupakan rangkaian informasi yang dapat mendefinisikan seluruh blok.
Notasi Slash
Menuliskan
mask 4 byte terkadang tidaklah mudah. Seperti
yang telah diketahui bahwa mask merupakan beberapa angka 1 pada sebelah kiri
yang diikuti oleh beberapa 0 pada sebelah kanan. Untuk 255.255.255.224 maka
bisa diketahui bahwa masknya memiliki 27 buah angka 1. Angka ini dapat
diikutkan pada akhir classless address. Inilah yang disebut notasi
slash atau notasi CIDR (Classless interdomain routing). CIDR mempunyai dua ide yaitu alamat tanpa
pengkelasan (classless) dan routing yang senantiasa dilakukan dengan menggunakan interdomain routing. Pada chapter 6 akan dibahas
tentang routing dan konsep CIDR. Sebuah bentuk alamat dalam notasi slash akan
tampak pada gambar 5.14
Catatan bahwa sebuah mask dan sebuah slash diikuti oleh sebuah angka
dengan maksud yang sama. Angka bit
secara umum berada dalam setiap alamat dalam blok.
Gambar
5.14 Notasi Slash

n
setelah slash mendefinisikan jumlah dari bit adalah sama dalam setiap alamat dalam blok. Maka jika n
adalah 20 ini berarti 20 bit paling kiri identik dengan setiap alamat dengan 12
bit yang tidak sama. Dengan mudah jumlah
alamat dalam blok ini dapat ditemukan dan alamat akhir dari informasi ini.
Panjang
Prefix dan Prefix
Dua bentuk yang seringkali
digunakan dalam pengalamatan class adalah panjang prefix dan prefix. Prefix
adalah nama lain untuk bagian yang biasa
pada range alamat (serupa dengan netid). Panjang prefix dalam slash notasi disebut n.
Panjang
Sufix dan Sufix
Dua bentuk yang seringkali
digunakan dalam pengalamatan alamat adalah panjang suffix dan suffix. Suffix
merupakan bagian yang bervariasi (serupa dengan hostid). Panjang suffix dalam
slash notsi adalah 32 – n.
Contoh 11 :
Sebuah organisasi yang kecil
diberikan blok dengan alamat awal dan panjang prefix 205.16.37.24/29 (dalam
notasi slash). Berapa range dari blok?
Pemecahan :
Alamat awal adalah 205.16.37.24.
untuk mengetahui alamt akhir, maka kita menyimpan 29 bit awal dan mengganti 3
bit terakhir dengan 1.
Alamat awal : 11001111 00010000
00100101 00011000
Alamat akhir : 11001111 00010000
00100101 00011111
Terdapat hanya 8 alamat dari blok
ini.
Contoh 12 :
Pencarian range dari beberapa
alamat seperti pada contoh 11 dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang
lain. Misalkan panjang dari suffix adalah antara 32 – 29 atau 3. jadi terdapat
23 = 8 alamat dalam blok ini. Jika alamat awalnya adalah 205.16.37.24 maka
alamat akhir adalah 205.16.37.31 (24 + 7 = 31).
Panjang
Prefix dan Mask
Terdapat relasi satu satu antara sebuah mask dengan panjang prefix seperti yang tampak pada table 5.1.
Catatan bahwa anggota yang bercetak tebal sebenarnya merupakan default mask
untuk class A, B dan C.
Tabel 5.1
Prefix Length
/n
|
Mask
|
/n
|
Mask
|
/n
|
Mask
|
/n
|
Mask
|
/1
|
128.0.0.0
|
/9
|
255.128.0.0
|
/17
|
255.255.128.0
|
/25
|
255.255.255.128
|
/2
|
192.0.0.0
|
/10
|
255.192.0.0
|
/18
|
255.255.192.0
|
/26
|
255.255.255.192
|
/3
|
224.0.0.0
|
/11
|
255.224.0.0
|
/19
|
255.255.224.0
|
/27
|
255.255.255.224
|
/4
|
240.0.0.0
|
/12
|
255.240.0.0
|
/20
|
255.255.240.0
|
/28
|
255.255.255.240
|
/5
|
248.0.0.0
|
/13
|
255.248.0.0
|
/21
|
255.255.248.0
|
/29
|
255.255.255.248
|
/6
|
252.0.0.0
|
/14
|
255.252.0.0
|
/22
|
255.255.252.0
|
/30
|
255.255.255.252
|
/7
|
254.0.0.0
|
/15
|
255.254.0.0
|
/23
|
255.255.254.0
|
/31
|
255.255.255.254
|
/8
|
255.0.0.0
|
/16
|
255.255.0.0
|
/24
|
255.255.255.0
|
/32
|
255.255.255.255
|
Sebuah blok dalam class A, B dan
C dapat dengan mudah dipresentasikan dalam notasi slash sebagai A, B, C, D/n
dimana n bernilai 8 (class A), 16 (class
B) atau C (classC).
Mencari
Alamat Network
Dapatkah Alamat network (alamat
pertama dalam blok) diketahui jika satu
dari alamat dalam blok dan panjang prefix diberikan? Jawabannya sudah pasti ya.
Panjang sebuah prefix adalah mask. Jika
mask telah diketahui maka dengan menggunakan operasi AND antara mask dan
alamat, maka alamat pertama bisa diketahui.
Dengan demikian, karena alamat
berada dalam alamat tak berkelas merupakan jaminan untuk bisa berdekatan dan
prefix terdiri atas angka dari fixed
bit, maka alamat network dapat diketahui. Simpan n bit pertama
dan ganti the rest of bitnya dengan 0.
Contoh 13 :
Berapakah alamat network jika
salah satu alamatnya adalah 167.199.170.82/27?
Pemecahan :
Panjang prefix adalah 27 yang
berarti bahwa harus menyimpan 27 bit pertama dan mengganti bit tersisa (5)
dengan 0. ke 5 bit haruslah byte terakhir. Byte terakhir adalah 01010010. Penggantian 5 bit terakhir menjadi 0 hingga
diperoleh 01000000 atau 64. alamat network adalah 167.199.170.64/27.
Contoh 13 :
Berapakah alamat network jika
salah satu alamatnya adalah 167.199.170.82/27?
Pemecahan :
Panjang prefix adalah 27 yang
berarti harus menyimpan 27 bit pertama dan mengganti sisa bit (5) dengan 0. Adapun
5 bit hanya memperngaruhi byte terakhir. Byte terakhir adalah 01010010. Ganti 5
bite terakhir dengan 0 maka kita akan mendapatkan 01000000 atau 64. alamat
network adalah 167.199.170.64/27.
Subnetting
Subnetting dapat digunakan pada
pengalamatan tanpa class. Saat sebuah organisasi diberi blok alamat maka akan terbentuk subnet
untuk mengetahui kebutuhannya. Network administrator dapat mendesain sebuah
subnet mask sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada pengalamatan tanpa
pengkelasan. Disini akan tampak procedure yang cukup mudah. Panjang prefix (n)
meningkat untuk mendefinisikan panjang dari prefix subnet. Sebagai contoh,
jika panjang prefix (satu diberikan pada organisasi) adalah 17,
maka panjang prefix subnet adalah dapat mencapai 20 untuk menciptakan 8 subnet
(23 =8).
Contoh 14 :
Sebuah
organisasi diberi blok 130.34.12.64/26. organisasi ini memerlukan empat subnet.
Berapakan alamat subnet dan range addresnya untuk tiap subnet?
Pemecahan :
Panjang
suffix adalah 6 yang berarti total jumlah alamat dalam blok adalah 64 (26).
Jika kita membuat empat buah subnet maka tiap subnet mempunyai 16 alamat.
1.
Pertama kali cari subnet prefixnya (subnet mask).
Diperlukan empat buah subnet yang
berarti perlu menambahkan dua buah 1 pada prefix. Subnet
prefix kemudian menjadi /28.
2.
Batasan untuk subnet pertama adalah 130.34.12.64/80
sampai 130.34.12.79/28.
3.
Batas dari subnet kedua adalah 130.34.12.80/28
sampai 130.34.12.95/28.
4.
Batas subnet ketiga adalah 130.34.12.96/28 sampai
130.34.12.111/28.
5.
Batas daro subnet keempat adalah 130.34.12.112/28
sampai 130.34.12.127/28.
Catatan bahwa termasuk prefix pada setiap alamat yang telah dikenal.
Untuk prefix utama adalah 26, untuk prefix subnet adalah 28. gambat 5.15 menunjukkkan sebuah
contoh dari sebuah site yang menggunakan blok ini dengan subnetting (hanya
tampak gambar alamat subnet yang
sederhana).

Contoh 15 :
Sebuah ISP
diberikan sebuah blok alamat yang dimulai dari 190.100.0.0/16. ISP tersebut
perlu mendistribusikan alamat ini kedalam tiga group pelanggan dengan mengikuti
aturan :
a.
Kelompok pertama sebanyak 64 pelanggan dimana
masing-masing mempunyai 256 alamat
b.
Kelompok kedua sebanyak 128 pelanggan dimana
masing-masing mempunyai 128 alamat
c. Kelompok
ketiga sebanyak 128 pelanggan dimana masing-masing mempunyai 64 alamat.
Desainlah subblok dan berikan notasi slash untuk tiap subblok. Cari
juga berapa alamat yang masih mungkin setelah terbentuk alokasi ini
Pemecahan
:
1.
Group 1
Untuk kelompok ini tiap-tiap pelanggan memerlukan
256 alamat. Ini berarti bahwa panjang suffix adalah 8 (28 = 256). Sedangkan panjang
prefix adalah 32 – 8 = 24. Maka
alamatnya adalah :
Pelanggan pertama 190.100.0.0/24 190.100.0.255/24
Pelanggan kedua 190.100.1.0/24 190.100.1.255/24
Pelanggan ke 64 190.100.63.0/24 190.100.63.255/24
Total = 64 x 256 = 16,384
2.
Group 2
Untuk kelompok ini masing-masing pelanggan memerlukan 128 alamat. Ini
berarti bahwa panjang suffix adalah 7 (27 = 128). Sedangkan panjang prefix adalah 32 – 7 = 25.
Maka alamatnya adalah :
Pelanggan pertama 190.100.64.0/25 190.100.64.127/25
Pelanggan kedua 190.100.64.128/25 190.100.64.255/25
Pelanggan ke 64 190.127.128/25 190.100.127.255/25
Total = 128 x 128 = 16,384
3. Group 3
Untuk kelompok
ini masing-masing pelanggan memerlukan 64 alamat. Ini berarti bahwa panjang suffix adalah 6 (26 = 64).
Sedangkan panjang prefix adalah 32 – 6 = 26. Maka alamatnya adalah :
Pelanggan
pertama 190.100.128.0/26 190.100.128.63/26
Pelanggan
kedua 190.100.128.64/26 190.100.128.127/26
Pelanggan ke 64 190.127.192.64/26 190.100.159.255/26
Total = 128 x 64 =
8,192
Jumlah alamat
yang diberikan adalah : 65,536
Jumlah alokasi
alamat adalah : 40,960
Jumlah alamat
yang tersedia : 24,576
Supernetting
Dalam
pengalamatan tak berkelas tidak dipelukan supernetting. Seluruh ide dari
pengalamatan tak berkelas adalah untuk aplikasi konsep supernetting dalam class
C untuk ke class lain. Dalam
pengalamatan tanpa clas, sebuah organisasi diberi ukuran blok yang tepat yang
berarti tidak perlu melakukan supernetting. Jika sebuah organisasi diberi
sebuah blok dan kemudian digunakan untuk mencari kebutuhannya pada blok yang
lebih besar, blok baru dapat disediakan dan blok yang asli dapat di buang.
Migrasi
Sebuah
pertanyaan mungkin muncul, kapan ide pengalamatan tanpa kelas akan bisa
diimplementasikan secara total. Diharapkan
agar setiap organisasi akan menggunakan pengalamatan tanpa class.
Organisasi yang telah diberikan sebuah blok class baik itu class A, B atau C
dapat menggunakan notasi slash (/8, /16,
/24) atau membuang blok mereka kemudian meminta sebuah blok dengan ukuran yang
cocok.
Classless
Interdomain Routing (CIDR)
Pengalamatan
tak berclass memberi solusi terhadap masalah yang cukup rumit yang timbul
akibat pengalamat berclass. Tapi hal ini menimbulkan hal yang baru. Router perlu
meroute sesuai dengan arsitektur yang baru. Akan dibahas kesulitan
serta solusi untuk kasus CIDR ini pada chapter 6.
5.4 KEY TERMS
Contigous mask Subnetwork
Default mask Suffix
Hostid Supernet
mask
Mask Supernetting
Masking Variable – length
subnetting
Netid Subnetting
Noncontigous mask Prefix
Slash notation
Subnet mask
Classless Interdomain Routing (CIDR)
5.5 Summary













Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mu introfeksi bagi ku...
kesan mu adalah hasil kerja ku...